SEIRING waktu, jumlah perusahaan pertambangan yang beroperasi di Indonesia terus bertambah. Dampaknya pun semakin banyak, baik terhadap sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Dampak positif memang ada, namun tak sebanding dengan dampak negatifnya. Buntutnya, tak mengherankan bila sebagian besar perusahaan pertambangan di negeri ini mendapat tempat negatif di hati masyarakat.
Melihat fenomena tersebut, PT Indo Tambangraya Megah, perusahaan pertambangan batu bara yang baru saja menjadi perusahaan Tbk pada tahun lalu, mencoba mencuri hati masyarakat lewat program CSR yang diberi nama ITM untuk pendidikan. Berikut petikan wawancara Erlin Sitinjak dari Merdeka dengan Melina M Karamoy, Corporate Communications PT Indo Tambangraya Megah Tbk.
Sejak kapan program ITM memulai pelaksanaan program CSR?
Secara umum, khususnya di daerah Kalimantan, sudah ada divisi tersendiri yang menangani, yaitu divisi community development. ITM untuk pendidikan bersifat lebih umum. Artinya, tidak dikhususkan untuk community. Kegiatan ini dapat saja dilaksanakan di Jakarta, Irian, hingga Sumatera. Tetapi ITM untuk pendidikan baru dilaunching November 2008.
Setelah sekian lama berdiri, mengapa ITM baru meluncurkan program ITM untuk pendidikan?
Untuk di Jakarta, gaung untuk ITM pendidikan memang baru tahun lalu, karena sebelumnya program CSR ITM sangat beragam dan hanya menjangkau daerah-daerah di sekitar tambang. Namun, semenjak ITM menjadi Tbk, semua entity wajib melakukan program CSR. Kalau selama ini daerah sudah melakukan, bagaimana dengan pusat? Oleh karena itulah kita melahirkan ITM untuk pendidikan
Artinya, program ini khusus untuk dunia pendidikan?
Ya. Fokusnya memang untuk pendidikan. Tetapi, kita tetap melihat ke banyak aspek. Saat ini kita hanya tekankan pada pendidikan dasar karena kita melihat banyak aspek di situ. Ada pendidikan formal dan nonformal. Kemudian, ITM pendidikan kita bagi menjadi tiga program, yaitu volunteer@ksi, cerd@sajar, dan Tambang Untuk Anak. Masing-masing punya tujuan sendiri. Tetapi semuanya tergabung dalam program ITM untuk pendidikan.
Dapat dijelaskan pelaksanaan masing-masing program ini?
Volunter@ksi kita bentuk atas adanya kesadaran akan kebutuhan volunteer. Kita melihat banyak kebutuhan dari relawan pendidikan. Mereka membutuhkan support dari instansi. Oleh karena itu, kita menyatakan kepedulian terhadap kebutuhan relawan dengan melaunching program volunter@ksi pada 21 Februai lalu. Program ini direalisasikan dengan mendukung program-program relawan, seperti Ibu Koeswanti.
Cerd@sajar belum diadakan. Tetapi program ini akan ditujukan pada guru-guru formal, khususnya guru-guru yang mengajar bidang science. Kita mau membantu agar anak-anak yang selama ini melihat science sebagai momok senang belajar science. Hal ini kita lakukan dengan memfasilitasi guru-gurunya melalui program cerdas ajar.
Tambang Untuk Anak ditujukan untuk memperkenalkan dunia tambang kepada anak sejak usia dini. Artinya, mereka bisa mengenal dan mencintai dunia tambang. Hal ini kita lakukan dengan menerbitkan buku untuk anak yang diharapkan menstimulasi minat baca anak, khususnya tentang dunia tambang. Soalnya, dunia tambang terkesan hanya untuk orang dewasa. Hal ini terbukti dari beberapa obrolan ringan dengan beberapa anak karyawan ITM sendiri. Ketika diminta untuk menjelaskan pekerjaan orangtuanya, mereka masih bingung. Jadi, melalui buku ini, kita mencoba bercerita mengenai tambang batu bara. Dari situ, kita mulai berpikir, kenapa program ini tidak dilakukan ke luar. Jadi, selain untuk karyawan, kita juga melakukan untuk anak-anak lain. Akhirnya, kita lakukan program Tambang Untuk Anak. Kita ke sekolah-sekolah.
Ada berapa sekolah yang ditargetkan tahun ini?
Ada 50 sekolah. Tapi, hingga saat ini baru sekitar 20 sekolah yang sudah kita datangi. Untuk saat ini, kita fokuskan dulu ke sekolah anak-anak karyawan karena aksesnya lebih mudah. Tapi, ke depannya akan kita fokuskan ke sekolah-sekolah lain di Jabodetabek.
Apakah program Tambang Untuk Anak ditujukan untuk membentuk generasi yang tidak memandang negatif perusahaan pertambangan?
Mungkin yang dipandang negatif seluruh perusahaan pertambangan. Tetapi, kegiatan ini tidak sedikitpun ditujukan agar masyarakat tidak memandang kita secara negatif. Kita berbuat ini karena kita mau berbuat sebagai good citizen. Setelah itu, nanti orang mau menilai seperti apa, kita serahkan kembali kepada mereka.
Lalu apa sebenarnya tujuan yang ingin dicapai melalui program ini?
Kita mau supaya anak-anak maju. Bagaimanapun anak-anak adalah cikal-bakal yang pemikirannya masih murni dan belum terkontaminasi sehingga masih dapat dibentuk. ITM pendidikan diharapkan mampu mencetak anak-anak Indonesia yang berkualitas.
Mengapa dilaksanakan untuk wilayah Jabodetabek? Bukankah program CSR seharusnya lebih difokuskan pada daerah-daerah yang mengalami dampak langsung kegiatan pertambangan?
Di daerah, Community Development sudah punya program sendiri. Tetapi, kalau mereka mau melaksanakan program yang berkaitan dengan program ITM untuk pendidikan, pasti akan kita support. Kemarin memang ada di Bontang, kerja sama dengan lembaga kursus bahasa Inggris. Mereka juga menggunakan konsep story telling. Itu kita support. Jadi, kalau mereka memang mau melaksanakan kegiatan, pasti akan kita support.
Dibanding program CSR di daerah, apa keunggulan program ITM untuk pendidikan ini?
Untuk pendidikan dasar sih sama karena mereka reference-nya ke kita. Tetapi, tetap disesuaikan dengan kebutuhan nasing-masing daerah.
Berapa dana yang dianggarkan untuk program ini?
Kita itu lebih mau berbuat. Artinya berapa pun besarnya dana itu, tidak dapat dikompare dengan apa yang sudah dan akan kita perbuat. Kita lebih fokus pada melakukan sesuatu. Dengan menyebutkan nilai, tidak berarti kita telah melakukan sesuatu yang luar biasa. Kita tidak melihat di situ. Justru, kita lebih melihat dampak dari kegiatan tersebut. Jadi, berapa pun dana yang kita keluarkan, tetapi kalau itu hanya keluar secara nilai, tidak akan ada artinya. Tetapi, itu lebih kepada kualitas dari apa yang sudah kita lakukan.
Mungkin dalam bentuk persentase saja?
Di ITM tidak ada penentuan, untuk sektor ini sekian persen. Itu semua konsolidatif. Dari situ, baru kita bagi sesuai dengan porsi kita. Bisa jadi, ITM mendapatkan dana lebih besar. Tetapi, boleh jadi juga program-program khusus di daerah mendapatkan dana lebih besar. Yang pasti kita comply dengan pemerintah.
Apakah keengganan untuk menyebutkan jumlah dana yang dianggarkan untuk program CSR adalah salah satu bukti mengapa corporate menolak kebijakan pemerintah yang telah mengundangkan kewajiban CSR melalui UU No 40 Tahun 2007?
Kita selalu mendukung program pemerintah. Sebenarnya bukan keengganan. Kita lebih ingin dipandang sebagai perusahaan yang berbuat daripada sebagai perusahaan yang mengeluarkan dana yang sudah cukup besar, tetapi dampaknya kurang dirasakan. Bila dibandingkan dengan perusahaan pertambangan lainnya, apa yang kita lakukan masih sangat jauh karena mereka sudah lebih dulu melakukannya. Tetapi, bagi ITM tidak pernah ada kata terlambat.
Sampai kapan program CSR yang dilaksanakan oleh pusat difokuskan pada dunia pendidikan?
Karena ini program tambang lima tahun, selama lima tahun ke depan kita tetap fokus ke dunia pendidikan. (*)