Kamis, 05 Maret 2009

Ketika Nyiur Mulai Menua




POHON kelapa adalah salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat. Buahnya menjadi salah satu bahan makanan dan pembuatan minyak. Janurnya bisa digunakan sebagai dekorasi pesta pernikahan atau membuat ketupat. Lidinya dapat diipakai sebagai sapu. Batang pohonnya juga bisa menjadi salah satu bahan bangunan. Batok kelapa dapat dijadikan sebagai bara api untuk mengolah makanan.

Begitu banyak manfaat pohon kelapa, sehingga petani di kawasan pesisir Pangandaran, Jawa Barat, mengandalkan kehidupannya dari perkebunan nyiur. Mereka menghadapi masalah ketika nyiur telah menua. Seperti dialami Kiswaya, petani yang memiliki 200 pohon kelapa. “Jika pohon sudah mengalami penuaan, hasil produksi sadapan gula kelapa kian berkurang,” tuturnya. Itu berarti pendapatannya akan anjlok.

Selama ini, Kiswaya harus mencari jalan keluar sendiri jika pohon kelapanya tak produktif lagi. Ia mencari bibit dengan cara memilih buah kelapa tua. Perlu waktu sampai akhirnya tumbuh tunas dan ditanam.

Itulah yang membuat Kiswaya bergembira saat menerima bibit pohon kelapa dalam dari PT Unilever. Meski untuk mendapatkan hasilnya ia harus menunggu sampai delapan tahun lagi, Kiswaya tetap memiliki harapan kelak bisa merasakan panen buah kelapa. Apalagi, hasil panen sudah dipastikan bakal menjadi bahan pembuatan kecap Bango. Baginya, penanaman kembali pantai dengan pohon kelapa merupakan aset berharga.

Engkus Kusnadi, Ketua Asosiasi Petani Kelapa, mengamini apa yang dikatakan Kiswaya. Baginya, penghijauan pesisir pantai dengan tanaman produktif sudah pasti akan menyerap tenaga kerja. “Saya bilang seperti itu, karena kelapa memiliki banyak manfaat,” katanya.

Saat ini, lanjut Engkus, asosiasinya membawahi sekitar 200 petani kelapa yang juga pemilik lahan pertanian. Para petani pemilik lahan ini merekrut atau menyewakan pohon kelapa kepada petani penderes. Penderes ini memanfaatkan air sadapan kelapa. Mereka mulai melakukan penyadapan ketika pohon berbunga. Air hasil sadapan ini digunakan untuk membuat gula kelapa atau dikenal kudapan Gula Jawa.

“Dalam sehari, penderes bisa memanjat pohon sampai dua kali pada pagi dan sore. Jadi menjelang sore, penderes menyadap dan pagi harinya mereka mengambil hasilnya,” urai Engkus.

Dalam satu pohon, seorang penderes bisa mendapatkan sekitar seperempat kilogram gula kelapa. Sementara dalam sehari, penderes bisa memanjat hingga 30 pohon. Setelah diolah, hasilnya dijual kepada pihak Unilever melalui koperasi Asosiasi Gula Kelapa Priangan.

Engkus mengaku, ia bisa memperoleh pendapatan Rp 100 ribu per hari. Ini belum termasuk pemasukan dari sewa pohon kelapa kepada penderes. Jadi, meski dinyatakan berpotensi terhadap tsunami bahkan pernah diterjang tsunami pada 2006, Pantai Pangandaran menawarkan harapan hidup terutama bagi petani kelapa. yaumil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar