Selasa, 10 Maret 2009

Nina Melihat Rezeki di Lipatan Mukena

NINA, pengusaha mukena, benar-benar telah menikmati keberhasilan usahanya. Dalam sebulan, paling sedikit ia mengantongi uang Rp 30 juta. Entah apa yang terjadi jika dia dulu bertahan sebagai karyawati di perusahaan kontraktor di Jakarta.

Ya, sebelumnya Nina memang seorang pekerja. Namun, ia memutuskan berhenti bekerja dan bertekad mendirikan usaha. Tekadnya muncul setelah melihat ada peluang rezeki di lipatan mukena yang dikenakan saat shalat. Sejak 2000, Nina memutuskan jadi pengusaha perlengkapan shalat ini.

Selama dua tahun, ia merintis sendiri usaha dari membeli bahan, menjahit, membordir, hingga memasarkan produk. “Padahal, saya tidak pernah ikut kursus keterampilan menjahit. Tetapi, setiap kali saya mengenakan mukena buah karya saya, banyak orang yang ingin mencobanya. Ternyata taste saya disukai banyak orang,” aku Nina.

Setelah jumlah pelanggan bertambah banyak, Nina mulai berpikir tak mungkin bekerja sendiri. Pada 2002, ia mulai merekrut tiga pekerja sebagai tukang jahit, tukang potong, dan asisten. Untuk pemasaran, Nina melibatkan teman-temannya yang berjiwa dagang. Tak tanggung-tanggung, hasil karyanya dipercayakan pada 10 orang teman tanpa jaminan uang sepeserpun.

Usahanya makin berkembang. Bahkan, pada 2005, Nina mendapat kesempatan jadi mitra binaan Telkom. Setelah mengajukan proposal bantuan pada Januari, permohonannya dikabulkan pada Mei 2005. Ia mendapatkan pinjaman Rp 20 juta.

Usaha Nina terus bergerak menembus pasar. Lantaran prospek usahanya cukup menjanjikan, Telkom menawarkan kesempatan lagi kepada Nina untuk menjadi mitra binaan. Kali ini, bantuan pinjaman senilai Rp 50 juta mengalir. Nina tak terlalu repot mengembalikan pinjaman, karena bunganya hanya 4% per tahun dan jangka waktu pengembalian pinjaman cukup lama. Ia tetap tenang karena Telkom toleran kepada pengusaha seperti dirinya,

Tak hanya bantuan pinjaman. Telkom aktif memantau kemajuan serta perkembangan usaha mitra binaan, selain memberikan pendampingan. “Setiap pameran di JCC, Telkom menyediakan stan, SPG, transportasi, akomodasi, dan konsumsi,” ujar Nina.

Hanya saja ia tak pernah dilibatkan dalam training. “Mungkin, menurut Telkom, saya tak perlu lagi mendapat pelatihan. Tapi setiap tahun, Telkom selalu mengadakan sarasehan mitra binaan yang melibatkan 200 mitra binaan,” katanya.

Berkat bantuan modal dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Telkom, Nina mulai mengembangkan usaha ke pembuatan kerudung, sprei dan pernak-pernik lainnya. Barang-barang hasil kerajinan Nina bisa dibeli dari Rp 500 ribu hingga Rp 1,7 juta. (Erlin Sitinjak/Harian Merdeka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar