ERNI SETIYARINI adalah salah satu pengusaha keripik pisang aroma dan keripik tempe. Kini, karyawannya berjumlah 50 orang. Usahanya mampu menghasilkan 3-4 kwintal pisang aroma, 2 kwintal ceriping, dan 30-50 kg tempe keripik per bulan. Siapa sangka dia menjadi pengusaha besar?
Awalnya, Erni hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa dan memulai usaha dari nol. Ia bersama empat perempuan desa membentuk satu kelompok dan mendaftarkan diri menjadi bagian dari Kelompok Petani Kecil (KPK) Mawar di Yogyakarta. Dalam kelompok itu, mereka mendapat pelatihan mengolah pisang menjadi bahan makanan bernilai jual. Setelah menguasai proses pembuatan kudapan, mereka memberanikan diri mengajukan pinjaman ke BRI melalui KPK Mawar.
Gayung bersambut, mereka menerima bantuan modal Rp 300 ribu. Kecil memang, namun mereka tetap mempertanggungjawabkan kepercayaan tersebut dan mulailah memproduksi 10 kg pisang aroma—salah satu makanan olahan berbahan pisang ranum.
“Ternyata usaha pisang aroma olahan kami mendapat respon positif dari masyarakat,” ujar Erni. Usaha mereka berkembang, sehingga harus menambah 10 tenaga kerja pada 2001.
Dengan tenaga kerja yang terus bertambah, Erni dan teman-temannya mulai berpikir untuk menghasilkan produk olahan baru. Akhirnya, mereka sepakat membuat ceriping berbahan pisang mentah dan tempe keripik.
Menurut Erni, perkembangan usahanya ini berkat kerja keras dan ketekunan mengikuti berbagai pameran di Bali dan Jawa. Kesuksesannya juga diraih berkat kesetiaan BRI mendampingi mereka.
“Tahun ini, kami diberi kepercayaan menerima pinjaman dana senilai Rp 250 juta yang dapat kami angsur selama tiga tahun,” kata Erni, salah satu mitra binaan BRI. Bunganya hanya 1,3% per tahun sehingga tidak memberatkan.
Meski demikian, Erni berharap BRI memberikan pelatihan pengelolaan dana kepada pengusaha seperti dirinya. (Erlin Sitinjak/Harian Merdeka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar