Kamis, 05 Maret 2009

CSR Cegah Urbanisasi


ATURAN hukum program Corporate Social Responsibility (CSR) memang ditentang beberapa organisasi pengusaha. Meski demikian, sejumlah perusahaan tetap melaksanakan program CSR. Salah satunya PT Unilever yang baru saja memberikan bantuan 12.400 bibit kelapa dalam di Pangandaran dan Ciamis, Jawa Barat. Selain bibit, fasilitas pemeliharaan dan pemupukan juga disediakan pihak korporat.

Penanaman pohon kelapa yang dilakukan di Desa Sukaresik, Pantai Karang Tirta, Pangandaran, Jawa Tengah ini dihadiri Wakil Gubernur Jawa Barat M Dede Yusuf Effendi, General Manager Yayasan Unilever Indonesia Sinta Kaniawati dan Ketua Asosiasi Gula Kelapa Pasiangan Yos Rosbi.

Dede Yusuf menyambut gembira program tersebut. Ia mengatakan, program penanaman bibit pohon kelapa dalam akan membantu 255 kepala keluarga (KK) para penderes (penyadap nira). Setidaknya program ini akan mengurangi pengangguran dan arus urbanisasi warga di Ciamis, tegas Dede. Pasalnya, sebanyak 12.400 bibit akan diberikan kepada 1.240 petani, di mana masing-masing akan mendapatkan 10 pohon. Bibit tersebut ditanam di areal seluas 138 hektare. Tanaman produksi ini diharapkan mampu mensejahterakan petani.

Untuk itu, Dede berharap, selain pemberian bibit kelapa Unilever dapat menyumbangkan bibit kedelai hitam. Apalagi bibit kedelai hitam berasal dari daerah tersebut.

Produktivitas Kelapa

Menanggapi permintaan itu, General Manager Yayasan Unilever Indonesia Sinta Kaniawati mengatakan pemberian bantuan bibit kedelai hitam sudah dilaksanakan di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Program tersebut telah melibatkan 6.600 petani yang menggarap 1.000 hektare lahan.

Soal pemilihan pohon kelapa dalam, Sinta menjelaskan, pohon itu mampu bertahan dan kuat karena Indonesia merupakan habitat aslinya. Usia pohon kelapa dalam bisa mencapai 100 tahun. Jika perawatan dan pemupukan dilakukan secara benar, maka pohon kelapa ini akan dinikmati dua generasi, katanya.

Selain itu, pohon kelapa dalam memiliki produktivitas lebih tinggi ketimbang kelapa hibrida. Kebanyakan penghasil gula di daerah Ciamis merupakan penderes pohon kelapa dalam. Sementara kelapa hibrida hanya terdapat di Kecamatan Cimerak, Jawa Barat.

Ia berharap, peremajaan pohon kelapa dalam di Pangandaran dapat menjadikan wilayah ini sebagai penghasil kelapa lebih besar lagi. Hasil bibit ini memang baru bisa dinikmati 8-10 tahun mendatang. Hasilnya akan dipasok untuk keperluan produksi kecap Bango.

Human Resources & Corporate Relations Director PT Unilever Josef Bataona mengatakan, selain untuk melestarikan pohon kelapa dan kestabilan produksi gula kelapa, program ini diharapkan meningkatkan kesejahteraan petani. Kita mengharapkan petani termotivasi ikut merawat dan melestarikan pohon kelapa untuk mendapatkan hasil lebih baik. Program akan dilaksanakan di semua daerah yang pohon kelapanya tua dan tidak produktif lagi, tandasnya. (Yaumil Fadhil/Harian Merdeka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar